expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 28 Januari 2016

Tulisan ini bukan untuk menasihati karena merasa sudah baik dan benar, sungguh bukan. Tapi ini murni menasihati diri sendiri, karena masih banyak yg harus di perbaiki, dan hidup adalah tentang pengalaman dan pembelajaran serta perbaikan.

Seperti surat Al-Alaq ayat 1, Iqra yg artinya bacalah, manusia di perintahkan untuk membaca, setelah itu diamalkan. Karena sejak kecil aku diajarkan untuk membaca dan pahami lalu aku memilih memahami dalam tulisan, biar semakin melekat di pikiran serta diamalkan dalam tindakan kemudian menjadi kebiasaan sehingga tidak pudar dimakan waktu.


Jadi sekali lagi tulisan ini murni untuk nasihat pribadi ^.^



Gunung tinggi besar semakin tua usia nya akan meletus juga, digantikan dengan gunung gunung baru. Pepohonan rindang gagah jika sudah tua akan gugur juga daunnya di makan waktu. Rumah megah jika tidak dirawat dengan baik akan cepat rusak diikuti dengan berubahnya usia tua dan diganti kan dengan model dan gaya baru. Wajah rupawan saat muda bila sudah tua keriput juga.

Apalagi hubungan perasaan antar manusia, semakin lama akan semakin hilang dimakan waktu jika tidak di bubuhi dengan perbuatan baik. Dibekali dengan tindakan tindakan yg menyenangkan. Bukankah kita memilih untuk menghindari yg tidak baik bagi diri kita? Dan dengan sadar berusaha mencari cari hal yg baik dari sekitar untuk kepentingan sendiri. Karena memang yg baik selalu diinginkan, diminati, bahkan akan selalu dikenang walau kejayaan nya telah usai, walau telah hilang dan punah di makan waktu. Begitu pun sebaliknya. Hanya urusan waktu, tapi tidak seharusnya waktu yg mengambil alih kekuasaan atas diri kita tapi bagaimana kita tepat menggunakan waktu dengan hal dan perawatan yg baik.
Maka inilah pentingnya menjalin hubungan perasaan lewat cara yg baik. Sebagaimana semestinya, sama seperti diri kita ingin diperlakukan. Karena memang betul apa yg kau tanam akan kau petik dana pa yg kau tabur akan kau tuah juga. Waktu akan membayar dikemudian hari. Dan keuntungan disisi lain bahwa diri ini berhak atas kedamaian dalam hati.


Berakhir itu pasti, tapi kita berhak menentukan pengakhiran seperti apa yg kelak akan terjadi. Dikenang karena hal baik atau dilupakan dan diabaikan karena menyakiti dan tidak berguna. Orang baik yg telah lama meninggalkan kita jiwa nya akan kekal, abadi, dan selalu dikenang dengan baik J

Rabu, 27 Januari 2016

Ridhollah fi ridhol walidain

Ridhollah fi ridhol walidain wa sukhtullah fi sukhtil walidain. Ridho Allah terletak pada ridho orang tua dan laknat Allah terletak pada laknat orang tua. Kemudian muliakanlah kedua orang tua mu, ibu bapakmu maka in sya Allah akan berkah hidupmu.

Kepikiran ga, kadang apasih tujuan hidup kita di dunia? harta? tahta? Ga munafik iya kita pasti cari dan pengenin itu semua. Tapi semoga kita ga akan pernah lupa bahwa membahagiakan dan memuliakan orang tua yg sudah melahirkan, menafkahi, menyekolahi kita tanpa atau bahkan tahu gimana perjuangan mereka untuk bahagian kita itu adalah tujuan hidup paling utama selain mati.

Mumpung, mumpung belum menikah dan punya keluarga selagi ada kesempatan bahagiakanlah orang tua mu. Tapi ini bukan menjadi alasan kamu mengesampingkan urusan masa depan, kadang saking sibuknya membahagiakan orang tua mengenyampingkan urusan mencari pasangan hidup. Jangan sampai salah pengertian, orang tua pun pasti ada rasa khawatir kalau anak nya belum menemukan jodohnya, merasa resah bahkan mungkin sedih. Jangan khawatir, karena ridho orang tua pasti nuntun kamu buat mendapatkan jalan dan jodoh yg baik juga. Jadi seimbang antara membahagiakan orang tua dan membahagiakan diri sendiri. 

Ini sungguh bukan gombalan dan buaian cari muka atau apalah, sungguh bukan... Tapi sungguh ini yg dipikirin, orang tua itu keramat. Sumpah dan doa nya itu ampuh banget. So lebih baik di sumpahin atau di doain?
Gw sih mending minta doa ....

Doain iki yg baik baik ya mak, pak...

Tetaplah menjadi si baik ^,^

Mungkin benar kata beberapa postingan  yg pernah saya baca. Berbuat baiklah tanpa batas, ikhlas mengalir seperti air. Tapi bukan karena ingin terlihat baik, tapi setidaknya ada kepuasan dan kedamaian dari dalam diri ini saat diri kita berbuat baik. Buat apa penilaian orang lain? Toh yg sebenarnya tahu kita baik atau tidak ya diri kita sendiri.

Mungkin saat ini kita berbuat baik,  kebaikan yg membalas belum datang tapi setidaknya kita telah terhindar dari kejahatan yg mungkin saja saat itu akan menghampiri. Pun begitu saat kita berbuat jahat, kejahatan yg membalas belum datang tapi kebaikan yg mungkin akan menghampiri telah menjauh memutar arah mengurungkan niatnya. Karena menurut nasihat lama yg saya tahu, permudahlah urusan orang lain maka urusanmu akan dipermudah begitupun hal nya dengan berbuat baik.


Yg selalu saya ucapkan kepada orang baik disekitar, teruslah berbuat baik karena tidak ada salah dan ruginya. Dibalas baik atau tidak itu sama sekali bukan masalah, setidaknya kamu tidak merugi dan tentang keuntungan in sya Allah mengikuti.
 


Suka dalam diam

Dari kebanyakan kasus banyak banget orang yg memutuskan untuk jatuh cinta dari pandangan pertama, dari penglihatan fisik terus suka kemudian mencari tau karakter si dia. Saat dirasa nyambung kemudian memutuskan untuk berkomitmen (dengan asumsi mereka masing-masing). Ini sudah biasa banget kan ya…

Tapi ada juga yg suka sudah lama katanya sejak masih di SMA bahkan dari SMP pun ada, di pendam dan saat ketemu lagi setelah bertahun tahun baru bilang suka dan cerita mendam perasaan sedari dulu hingga sekarang. Yg kaya gini ini harusnya kita percaya atau ga? Kadang mikir, lebay kali ya. Ko bisa orang suka tanpa tau mendalam karakter orang itu sebenarnya gimana, cuma kenal tampak luar saja dan memilih untuk tetap suka dalam diam?


Kadang kita perlu kasih reward untuk yg semacam ini, karena betul cara menyukai paling baik adalah dengan diam, tapi terang terangan meminta dalam doa dan permohonan kepada sang Maha Penentu takdir.  Reward yg diharapkan pasti dengan menyukai nya balik, tapi bukan itu yg terbaik. Yang baik adalah cukup saling mendoakan saja, menyelipkan nama dalam setiap doa yg kau panjatkan.
Kan kata Afgan jodoh pasti bertemu ^.^





Selasa, 26 Januari 2016

“Mau cari yang seperti apasih? Yg sempurna?”

Diusia 20+ kadang pertanyaan seperti itu muncul dari orang tua, saudara dan teman dekat saat kita belum memantapkan hati ke seseorang. Saat kedapatan putus dengan pacar padahal keluarga sudah ‘sreg’. Karena saat masuk usia 20+an sudah menjadi ‘biasanya’ ada calon untuk diajak serius. Saat ada pertanyaan “Mau cari yang seperti apasih?” dan jawaban yg dilontarkan “Mau cari yg sempurna”. Sungguh sampai kiamat pun tidak akan pernah ketemu.

Kenapa harus cari yang sempurna? Apa diri kita sendiri ini sudah sempurna? Sudah berani jawab iya? Saat bilang ingin cari yg sempurna seperti itu saja sudah jadi bukti bahwa kamu tidak memiliki kesempurnaan hati untuk menerima kekurangan manusia, iya kan?

Karena sampai kapan pun tidak akan pernah kau temukan manusia yg sempurna, yg ada hanya masuia yg terus mencoba memperbaiki dirinya. Terus mau beristiqomah, menajdi pribadi yg baik dan lebih baik lagi. Harusnya begitu, karena semakin bertambahnya usia dan pengalaman setiap orang bertambah pula pelajaran yg diterima dalam hidup. Maka pilihlah dia yg terus mau memperbaiki dirinya, tidak ngeyel ingin benar dan menang sendiri.


Berpikirlah realistis, jangan kebanyakan dramatis. Karena hidup bukan hanya sekedar mengedepankan rasa egois :)